Pengalaman Mendaki Gunung Welirang Melalui Jalur Sumber Brantas Cangar
Menjelang 2 minggu hari masuk kuliah semester ganjil tahun 2019 setelah sekitar 2 bulan libur, terlintas di benakku untuk mendaki gunung. Hitung-hitung sebagai syukuran selamat dating untuk semester ketiga nanti. Telepon genggam pun kuambil untuk segera menghubungi rekan sependakianku, Mas Yosep. Mas Yosep sudah cukup banyak pengalaman dalam menyinggahi gunung-gunung di daerah Malang raya.
Tidak lama setelah aku memberitahukan maksudku menghubungi dia, dia langsung mencetuskan kalimat “Gunung Welirang aja yuk, lewat jalur Cangar ya”. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengiyakan saran dari mas Yosep tersebut, “Siap mas, gas Welirang ya”.
Sekitar beberapa hari setelah rencana kami jadi. Saya mendapat kabar bahwa ada sebagian area Gunung Arjuna-Welirang yang terbakar. Tentu saja untuk sementara waktu pendakian dari semua jalur harus ditutup, termasuk jalur Cangar. Karena was-was jika kami tidak jadi mendaki, hampir setiap hari aku memantau kondisi di gunung Arjuna-Welirang melalui sosial media.
Mas Yosep berkata, “Aku kayaknya cuman bisa mendaki sebelum masuk kuliah Dri, kalau sudah masuk kuliah kayaknya sudah mulai sibuk”. Aku paham apa yang dikatakan oleh mas Yosep, tapi ini sudah seminggu berlalu, belum ada tanda-tanda bahwa pendakian gunung Arjuna-Welirang akan dibuka. Sementara liburan tinggal menyisakan hitungan hari saja.
Akhirnya kabar yang kami tunggu datang. Sekitar H-5 sebelum masuk kuliah, diumumkan bahwa pendakian gunung Arjuna-Welirang telah dibuka di semua jalur. Selesai membaca pengumuman tersebut saya langsung bergegas menyiapkan barang-barang saya untuk segera kembali ke kos saya di Malang.
Kami berencana untuk melakukan pendakian pada hari Jumat 16 Agustus sampai dengan hari Minggu 18 Agustus. Tanggal tersebut juga bertepatan dengan hari jadi Republik Indonesia. Pada hari Kamis, kami mulai menyiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk mendaki seperti tenda, matras, sleeping bag, kompor, nesting, dan sebagainya. Tak lupa, kami juga membeli logistik untuk kami konsumsi di atas gunung nanti seperti sayuran, air minum botol, mie, dan makanan dan minuman lainnya. Setelah semua beres, saya dan mas Yosep kembali ke kos saya untuk merapikan setiap barang tersebut ke dalam tas carrier. Mas Yosep memilih menginap di kos saya mengingat sesuai rencana, kami akan berangkat pagi buta sekali, sekitar jam 4 pagi untuk ke basecamp pendakian di Cangar.
Keesokan paginya, sekitar jam 4 pagi kami sudah meninggalkan kos saya yang berada dekat dengan Universitas Brawijaya. Sebelum pergi ke basecamp pendakian, kami membeli makan untuk mengisi perut kami sekaligus sebagai bekal untuk makan siang di atas nanti. Pagi itu, pilihan kami jatuh kepada nasi ayam goreng.
Sekitar pukul 5 lewat, kami sudah menancap gas menuju ke Cangar, kami memilih lewat jalan raya Karangploso karena cenderung lebih dekat dengan Cangar itu sendiri. Perjalana kami tempuh dengan santai, sekitar 1 jam, atau sekitar jam setengah tujuh kami sudah sampai di basecamp pendakian gunung Arjuna-Welirang di desa Sumber Brantas, Batu.
Pemandangan halaman belakang pos perijinan |
Suasana di basecamp waktu itu lumayan ramai karena ada rombongan dari dinas perhutanan yang akan melakukan upacara di puncak Arjuna. Mereka sibuk menyiapkan perlengkapan mereka. Beberapa porter pun terlihat berlalu Lalang membantu para anggota rombongan tersebut.
Sambil menunggu petugas menyiapkan administrasi perijinan, saya membaca rute trek serta aturan-aturan yang harus dipatuhi selama melakukan pendakian. Secara umum aturan-aturan yang ada di sini hampir sama dengan kebanyakan gunung lainnya, seperti dilarang membawa tissue basah serta dilarang menyalakan api unggun di atas gunung.
Rute Pendakian |
Rute pendakian versi Google Earth |
Akhirnya tibalah giliran kami untuk melakukan pendaftaran perijinan. Kami disuruh mengisi form data diri serta tujuan dan daftar barang-barang yang dibawa. Biaya perijinan per hari adalah Rp10.000,00. Kami memilih untuk melakukan pendakian secara santai, sehingga kami mengambil 3 hari 2 malam dalam melakukan pendakian. Setelah proses administrasi terselesaikan, tak lupa petugas basecamp memberi arahan atau briefing kepada kami tentang segala hal yang berhubungan dengan pendakian di area gunung Arjuna-Welirang via jalur Cangar. Arahan tersebut sangat penting untuk kami pahami mengingat mendaki bukanlah hal yang dapat sembarangan kita lakukan. Di akhir memberikan arahan, petugas tersebut menawari kami untuk menggunakan jasa ojek dari basecamp sampai dengan pos 1 atau bibir hutan. Sebelumnya saya dan mas Yosep sudah mengetahui bahwa dari basecamp, kita harus berjalan ke jalan raya Cangar dan masuk ke ladang-ladang warga. Selain jauhnya jalur yang harus ditempuh, hal itu juga akan memakan banyak waktu karena besar kemungkinan kami akan tersesat atau berputar-putar di ladang warga, karena banyaknya percabangan jalan yang membingungkan. Akhirnya kami menyewa jasa ojek tersebut, hal tersebut kami rasa sangat menguntungkan karena trek yang harus kami laluli untuk dapat masuk ke pintu hutan memang sangat membingungkan serta terus menerus menanjak. Biaya yang harus kami keluarkan pun terbilang cukup murah, hanya Rp20.000,00 kami dapat memangkas waktu pendakian sekitar 2 jam pendakian.
Kami sampai pada pintu hutan atau pos 1 sekitar jam 9 pagi. Saat itu pula kami langsung bergegas berjalan menuju pos 2. Trek dari pos 1 ke pos 2 cenderung sedikit menanjak serta vegetasi di sana masih lumayan rapat, sehingga kami perlu dengan jeli mengamati tanda-tanda ataupun jalan yang tertutup tanaman agar tidak tersesat. Tanda-tanda yang kami ikuti berupa pita-pita yang diikatkan di tanaman, pita-pita tersebut diikat agar dapat membantu para pendaki menunjukkan arah yang benar. Di tengah perjalanan menuju pos 2 di sebuah tanah kecil yang lapang, kami bertemu dengan salah satu porter dan salah satu anggota rombongan dari dinas Perhutanan yang sedang beristirahat. Kami pun berbincang singkat dengan kedua orang tersebut. Porter tersebut memberikan informasi seputar kondisi di gunung Arjuna-Welirang ini. Setelah berbincang secara singkat kami melanjutkan perjalanan terlebih dahulu menuju ke pos 2. Lokasi di pos 2 cenderung lebih terbuka, saya perkirakan mungkin muat untuk 10 tenda bahkan lebih. Di pos 2 kami juga bertemu dengan rombongan dinas Perhutanan yang lain beserta porter yang lain. Kami selalu berbincang dan bergurau dengan orang-orang baru tersebut, hal itu sangat menyenangkan. Sekitar 15 menit berbincang sekaligus beristirahat, kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke pos 3. Sesampainya di pos 3 kami bertemu dengan porter serta anggota rombongan yang lainnya. Kami disuguhi kopi oleh porter tersebut. Dengan kopi, suasana bercengkerama pun jadi makin asik. Setelah puas berbincang, kami melanjutkan perjalanan menuju ke pos 4 atau Lembang Lengkean. Jalan menuju ke pos 4 didominasi oleh tanjakan-tanjakan yang tiada ampun. Sepanjang jalur menuju ke pos 4 pun banyak kami temui beberapa lubang-lubang keluarnya asap belerang yang menurut salah satu porter yang kami tanya, lubang-lubang belerang tersebut berasal dari area Welirang. Saat dekat dengan lubang belerang tersebut suasana gunung yang berkabut serta dingin itu menjadi hangat. Tapi kami tetap harus melanjutkan perjalanan menuju ke Lembah Lengkean untuk mendirikan tenda.
Lubang asap sumber belerang |
Kabut setelah melewati pos 3 |
Pemandangan sebelum menuju Lembah Lengkean |
Samudera awan sebelum menuju ke arah Lembah Lengkean |
Sekitar jam 4 sore kami telah sampai di Lembah Lengkean. Kami langsung membuka bungkusan makanan yang telah kami beli pada saat berangkat. Sedapnya makan nasi sambel di atas gunung sambil memandangi samudera awan yang terhampar luas di sepanjang penglihatan kami. Selepas makan, kami langsung bahu-membahu membangun tenda untuk kami berdua. Sore itu kami habiskan waktu lebih banyak bersantai di dalam tenda karena tubuh kami sudah lumayan letih dan juga angin di luar berhembus kencang sekali.
Pemandangan dari puncak gunung Kembar 1 |
Pemandangan daerah Cangar dari puncak gunung Kembar 1 |
Hampir sampai di puncak Welirang |
Setelah sekitar 45 menit puas menikmati suasana di puncak Welirang, kami pun kembali ke Lembah Lengkean. Lagi-lagi kami mau tidak mau harus melewati puncak Kembar 1 yang treknya sangat curam serta berbatu, tapi kami tetap semangat. Dan akhirnya, sekitar pukul 12 siang, kami telah tiba di tenda kami. Saya dan mas Yosep mengisi siang itu dengan bertukar cerita, sambil menunggu senja tiba.
Selamat anda telah mencapai puncak Welirang |
Kawah gunung Welirang |
Puncak gunung Arjuna, gunung Bromo, dan gunung Semeru terlihat dari puncak Welirang |
Hehehe, iseng nyusun batu di puncak Welirang |
Puncak gunung Penanggungan juga kelihatan lho dari puncak Welirang |
Senja pun tiba, kami berdua keluar untuk menambah stok foto di hp kami. Sungguh melihat senja yang dihiasi oleh lautan awan dari atas gunung adalah anugerah yang tidak dapat dibeli dengan apapun. Warna jingga dari senja itu pun menghiasi banyak foto-foto kami pada sore hari itu.
Suasana senja di Lembah Lengkean |
Angin mulai berhembus kencang, suhu udara berubah menjadi sangat
dingin sekali. Kami bergegas kembali ke tenda untuk beristirahat karena besok
pagi jam 8 pagi kami sudah harus turun dari Lembah Lengkean.
Keesokan paginya sekitar pukul 6.30, setelah sarapan, kami mulai merapikan barang-barang kami. Tak lupa, sebelum turun, kami berpamitan dengan beberapa pendaki yang sudah menemani kami selama di atas sana. Pukul 8 tepat kami turun dari Lembah Lengkean, trek didominasi oleh turunan, ya Namanya juga turun gunung. Tak terasa, kami telah tiba di pos 2 dalam waktu sekitar 1 jam. Di sana kami bertemu dengan pendaki 3 orang pendaki yang lucu sekali, mereka berasal dari daerah Pujon, Batu. Mereka juga membawa anjing mereka naik gunung. Kata mereka biar tidak ganjil. Kami pun turun Bersama mereka. Sepanjang perjalanan kami dihibur dengan lelucon-lelucon konyol dari mereka.
Sekitar pukul 10 pagi kami telah sampai pada bibir hutan, Bersama-sama kami menyusuri ladang-ladang warga. Tak jarang kami tersesat dan bertanya-tanya kepada para tukang kebun di sana. Sekitar 1,5 jam kami habiskan untuk menyusuri ladang menuju kembali ke basecamp. Sungguh waktu yang tidak sebentar, ditambah lagi trek ladangnya cenderung tanjakan dan turunan.
Nikmatnya makan bakso |
Sekitar pukul 11.30 kami akhirnya tiba di jalan raya Cangar. Kami sangat bahagia sekali, tapi kami akhirnya ingat kalau kami masih harus menyusuri jalan raya untuk sampai ke basecamp. Jalan yang kami lalui juga menanjak dan menurun lagi. Cukup menguras tenaga. Namun akhirnya sekitar 10 menit berjalan, sampailah kami di basecamp tersebut. Kami membasuh serta membersihkan wajah, tangan, dan kaki kami yang penuh dengan dekil. Kami juga harus berpisah dengan para pendaki tersebut, sementara saya dan mas Yosep memilih untuk makan bakso di warung yang tepat berada di seberang basecamp. Sungguh nikmat sekali waktu itu makan bakso setelah berjuang melewati tanjakan dan turunan. Setelah menikmati bakso, kami pun pulang kembali ke Malang. Di sepanjang perjalanan saya selalu memandang indahnya gunung Arjuno-Welirang. Rasa terima kasih dan syukur berkali-kali saya ucapkan dalam hati. Terima kasih Welirang.
Durasi Pendakian Kami
Naik
Basecamp - Pos 1 (30 menit) ~ Naik ojek bayar 20rb
Pos 1 - Pos 2 (2 jam 30 menit)
Pos 2 - Pos 3 (1 jam 40 menit)
Pos 3 - Lembah Lengkean (2 jam 30 menit)
Lembah Lengkean - Gunung Kembar 1 (30 menit)
Gunung Kembar 1 - Puncak Welirang (2 jam)
Turun
Lembah lengkean - Pos 1 (2 jam)
Pos 1 - Basecamp (1 jam)